Aturan Baru FIFA Bisa Untungkan Inggris di Piala Dunia 2026

Aturan Baru FIFA

Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) baru-baru ini mengumumkan sejumlah pembaruan regulasi menjelang penyelenggaraan Piala Dunia 2026 yang akan digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Perubahan tersebut tidak hanya berdampak pada format kompetisi, tetapi juga dapat mengubah peta kekuatan tim-tim nasional. Salah satu negara yang dinilai paling diuntungkan dari aturan baru ini adalah Timnas Inggris, yang selama ini sering menjadi korban “grup neraka” dalam ajang besar.

Format Baru: Lebih Banyak Tim, Lebih Banyak Peluang

Piala Dunia 2026 akan menjadi edisi pertama dalam sejarah dengan 48 peserta, meningkat dari 32 tim pada format sebelumnya. FIFA memutuskan untuk membagi peserta ke dalam 12 grup berisi empat tim. Dua tim teratas dari masing-masing grup akan lolos otomatis, ditambah delapan tim peringkat ketiga terbaik untuk melengkapi babak 32 besar.

Format ini tentu memberikan napas lega bagi tim-tim unggulan seperti Inggris. Dalam sistem lama, di mana hanya dua tim dari satu grup yang bisa melaju ke babak gugur, peluang tersingkir di awal sangat tinggi jika satu grup diisi oleh beberapa raksasa dunia. Kini, dengan tambahan slot bagi peringkat ketiga terbaik, negara seperti Inggris punya margin kesalahan lebih besar.

Selain itu, jumlah pertandingan di fase grup juga bertambah, memberikan kesempatan bagi pelatih untuk melakukan rotasi pemain dan menjaga kebugaran skuad sepanjang turnamen yang lebih panjang.

Koefisien dan Penentuan Grup Lebih Adil

Salah satu aturan baru yang disorot adalah sistem koefisien peringkat dunia FIFA yang kini akan berperan lebih besar dalam menentukan pembagian grup. Jika sebelumnya ada elemen undian acak yang bisa mempertemukan dua atau lebih tim kuat dalam satu grup, kini FIFA ingin memastikan keseimbangan kompetitif yang lebih baik.

Dengan kata lain, negara-negara berperingkat tinggi seperti Inggris, Prancis, Brasil, atau Argentina akan lebih kecil kemungkinannya saling bertemu di fase awal. Hal ini didesain untuk menjaga kualitas kompetisi dan memastikan tim-tim besar tetap bertahan hingga fase gugur, yang tentu saja menarik secara komersial bagi FIFA dan para sponsor.

Dalam konteks ini, Inggris jelas diuntungkan. Dengan peringkat FIFA yang stabil di posisi lima besar dunia dalam beberapa tahun terakhir, The Three Lions hampir pasti akan ditempatkan sebagai tim unggulan di pot pertama. Itu berarti mereka akan terhindar dari pertemuan dini dengan tim-tim seperti Prancis, Brasil, Argentina, atau Spanyol—sesuatu yang kerap menjadi momok dalam undian sebelumnya.

FIFA Juga Ubah Aturan Disiplin dan Wasit Video

Selain format turnamen, FIFA juga memperbarui aturan terkait disiplin pemain dan penggunaan VAR (Video Assistant Referee). Teknologi baru berbasis kecerdasan buatan akan membantu wasit menilai situasi offside dan pelanggaran di kotak penalti dengan lebih cepat dan akurat.

Bagi tim seperti Inggris yang sering merasa dirugikan oleh keputusan wasit di turnamen besar—ingat insiden Frank Lampard vs Jerman di 2010 atau penalti kontroversial di Euro 2020—aturan ini bisa menjadi berkah tersendiri. FIFA berupaya mengurangi kesalahan manusia yang dapat memengaruhi hasil pertandingan krusial.

Tak hanya itu, FIFA juga memperkenalkan sistem akumulasi kartu kuning yang lebih fleksibel. Kini, kartu kuning di fase grup tidak otomatis terbawa hingga babak semifinal, melainkan akan dihapus setelah babak 16 besar. Perubahan ini memungkinkan pemain penting tetap tampil di laga-laga besar tanpa takut absen akibat akumulasi yang sepele.

Pelatih Inggris, Gareth Southgate, menilai kebijakan baru ini bisa memberi keuntungan psikologis bagi timnya. “Kami sering kehilangan pemain penting karena akumulasi kartu yang tidak perlu. Dengan sistem baru ini, pemain bisa bermain lebih tenang tanpa harus menahan diri secara berlebihan,” ujarnya dalam wawancara dengan BBC Sport.

Faktor Rotasi dan Kedalaman Skuad Inggris

Perubahan format turnamen membuat tim harus memainkan lebih banyak pertandingan—dari kemungkinan maksimal tujuh menjadi delapan kali laga jika mencapai final. Situasi ini menuntut kedalaman skuad yang solid dan kemampuan rotasi yang cermat.

Inggris mungkin menjadi salah satu tim yang paling siap menghadapi kondisi ini. Generasi emas baru seperti Jude Bellingham, Bukayo Saka, Phil Foden, Declan Rice, hingga Cole Palmer kini membentuk tulang punggung tim muda dan bertenaga. Ditambah dengan pemain senior seperti Harry Kane dan Kyle Walker, Southgate memiliki kedalaman skuad yang mampu mengarungi turnamen panjang tanpa kehilangan kualitas.

Faktor ini menjadikan Inggris salah satu kandidat kuat juara di Piala Dunia 2026, apalagi bila mereka berhasil menghindari “grup neraka” seperti yang kerap menghantui di masa lalu.

Analisis: Mengapa Inggris Dianggap Paling Diuntungkan

Beberapa analis sepak bola Inggris menyebut bahwa regulasi baru ini secara tidak langsung menguntungkan negara-negara dengan sumber daya dan kedalaman skuad besar.

“Format 48 tim dan aturan baru tentang peringkat grup memberi keunggulan besar bagi tim-tim besar seperti Inggris,” kata Jamie Carragher, mantan bek Liverpool dan kini analis di Sky Sports. “Mereka punya peringkat tinggi, jadi kecil kemungkinan bertemu tim kuat di fase grup. Bahkan jika tampil buruk di satu laga, mereka masih bisa lolos lewat jalur peringkat ketiga terbaik.”

Sementara itu, Alan Shearer, legenda Newcastle United, menilai perubahan ini juga bisa membantu mental pemain muda Inggris. “Dulu, kesalahan kecil bisa membuat Inggris tersingkir di fase grup. Sekarang, ada ruang untuk bangkit. Itu sangat penting bagi tim muda yang sedang berkembang,” ujarnya.

Namun, beberapa pihak juga memberi catatan bahwa keuntungan ini bisa menjadi pedang bermata dua. Format lebih panjang berarti risiko cedera meningkat dan rotasi harus dilakukan dengan cermat. Jika salah strategi, tim unggulan bisa kehilangan momentum di fase gugur.

Reaksi dari Negara Lain

Tidak semua negara menyambut aturan baru ini dengan antusias. Beberapa federasi, terutama dari Eropa dan Amerika Selatan, menilai format 48 tim membuat kualitas kompetisi menurun. Dengan semakin banyak negara yang baru pertama kali tampil di Piala Dunia, perbedaan kualitas antar tim bisa menjadi sangat mencolok.

Pelatih Jerman, misalnya, menganggap sistem baru ini lebih menguntungkan tim yang sudah mapan. “Ketika Anda punya skuad berisi 26 pemain kelas dunia, Anda bisa memutar pemain tanpa kehilangan kekuatan. Tapi bagi tim kecil, itu sulit,” katanya kepada Kicker.

Meski demikian, dari sudut pandang komersial dan globalisasi olahraga, FIFA beranggapan bahwa sistem 48 tim adalah langkah tepat untuk memperluas jangkauan sepak bola dunia. Lebih banyak negara berarti lebih banyak fans, pasar, dan peluang ekonomi.

Harapan Inggris di Piala Dunia 2026

Skuad Inggris
Skuad Inggris

 

Dengan skuad muda berbakat, pengalaman final Euro 2020, serta performa konsisten di Piala Dunia 2018 dan 2022, Inggris datang ke Amerika Utara dengan ambisi besar: mengakhiri penantian panjang sejak 1966.

Jika semua berjalan sesuai prediksi, aturan baru FIFA benar-benar bisa menjadi momentum bagi The Three Lions. Mereka tidak hanya memiliki peluang lebih besar untuk lolos dari fase grup, tetapi juga bisa memanfaatkan rotasi, teknologi VAR, dan sistem disiplin baru untuk menjaga konsistensi hingga babak akhir.

Seperti diungkapkan oleh Bellingham baru-baru ini, “Kami tahu sejarah dan tekanan yang ada, tapi sekarang semua dimulai dari nol. Dengan sistem baru ini, tak ada alasan untuk takut. Kami ingin menulis sejarah baru bagi Inggris.”

Apakah aturan baru FIFA benar-benar akan menjadi jalan terang bagi Inggris? Waktu yang akan menjawab. Namun satu hal pasti — di Piala Dunia 2026 nanti, peluang The Three Lions terlihat lebih cerah dari sebelumnya.

Leave a Reply